Selasa, 06 Desember 2011

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia

1. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia.
Kegiatan pendidikan Islam di Indonesia yang lahir dan tumbuh serta berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia sesungguhnya merupakan pengalaman dan pengetahuan yang penting bagi kelangsungan perkembangan Islam dan umat Islam, pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur  yang membuktikan bahwa kependidikan Islam di Indonesia tidak hanya mendasarkan pada makna pendidikan dalam arti sempit, melainkan dalam arti yang sangat luas, yaitu pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai pembangunan umat dan bangsa Indonesia dalam berbagai tata kehidupan.
        I.            Organisasi dan Pendidikan Islam.
Organisasi disini hendaknya diberi pengertian khusus sesuai dengan kondisi zaman itu, yang bentuknya sangat sederhana sebatas perkumpulan beberapa orang yang melakukan niat bersama untuk menyebar luaskan aharan Islam.  Penyebaran Islam pada waktu itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dari rumah ke rumah.
Sesuai dengan prinsip ajaran agama Islam bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama, maka proses Islamisasi di daerah pantai berjalan dengan damai. Dengan lambat laun tapi pasti Islam dipeluk dan diamalkan oleh penduduk pantai, mulai dari rakyat kecil samapai pada penguasa daerah seperti Bupati. Dan ketika surutnya Majapahit pada pertengahan abad XIV, pendidikan agama dalam bentuk non formal seperti munculnya system Pendidikan Pondok atau Pesantren, yang dimulai oleh Sunan Ampel dan Sunan Giri dengan menghimpun santri-santri untuk diajarkan Agama.sebagai berikut:
a.       Pendidikan Agama bermaksud untuk mengajak manusia melakuakn yang baik, yaitu patuh mengamalkan ajaran agama secara sungguh-sungguh. Orang yang sungguh-sungguh menjalankan suruhan Allah dan meninggalkan larangan Allah berarti ia adalah orang yang baik. Pancarak kebaikan pada Allah akan menimbulkan pual sikap dan perbuatan yang baik kepada sesame manusia, kepada siapapun dan dimanapun.
b.      Tujuan pendidikan yang lain masa itu ialah untuk menjaga tradisi, artinya sesuatu yang dianggap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus diturunkan  dan diajarkan kepada anak cucu secara turun temurun sebagi penerus.
Tujuan Pendidikan Agama waktu itu dapat dirumuskan minimal
Sistem Pendidikan Pondok atau Pesantren banyak dijumpai dengan Kiyai sebagai pemimpin atau guru dan santri sebagai siswanya. Dan bentuk yang lebih formal baru muncul sekitar dua dasawarsa pertama pada abad XX dengan ciri penyelenggaraan secara klasikal , kurikulum jadwal yang jelas, tujuan dan metode yang lebih terarah seperti yang dirintis KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah pada tahun 1912.

      II.            Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia.
A. Pondok Pesantren.
Istilah pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan kepada satu pengertian. Suku Jawa biasanya menggunakan sebutan pondok atau pesantren, dan sering pula menyebutnya pondok pesantren. Di Madura digunakan istilah penyantren, di Pasundan digunakan istilah pondok, di Aceh digunakan istilah dayah atau rangkang, dan di Minangkabau digunakan istilah surau.
Pengertian dasar pesantren, adalah tempat belajar para santri. Sedangkan Pondok, berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu juga kata pondok mungkin juga berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berari hotel atau asrama.
Pada Umumnya berdirinya suatu pesantren berawal dari pengakuan masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seoranag guru (Kiyai). Karena keinginan menuntut ilmu dan memperoleh ilmu dari guru tersebut, maka masyarakat sekitar bahkan dari luar daerah dating kepadanay untuk belajar. Mereka lalu membangun tempat tinggal yang sederhana di sekutar tempat tinggal guru tersebut. Kelangsungan hidup suatu pesantren tergantung kepada dahsyatya tokoh sentral (kiyai atau Guru) yang memimpin, meneruskan atau mewarisisinay. Jika pewarisnya mengetahui sepenuhnya pengetahuan keagamaan, wibawa (mungkin juga kekeramatan), dan keterampilan mengajar, serta kekayaan yang lainnya yang diperlukan maka umur pesantren akan lanjut. Sebaliknya, pesantren akan menjadi mundur dan mungkin hilang jika pewarisnya atau keturunan kiyai yang mewarisinya tidak memenuhi persyaratan.
Dalam kalangan Pondok Pesantren yang pada saat itu mempunyai santri mencapai ribuan murid, maka sistem pengajarannya dilakukan secara mentor sebagai berikut :
a)      Kiyai besar mengajarkan ilmunya kepada para kiyai muda.
b)      Kiyai muda mengajarkan santri-santri tingkat dewasa.
c)       Santri dewasa mengajar anak-anak atau santri remaja.
d)      Santri  remaja ini membantu santri dewasa dalam mengajar anak-anak yang baru masuk.
         Santri yang telah tamat biasanya diberi izin oleh kiyai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru di daerahnya asalnya. Dengan begitu pesantren-pesantren  berkembang di berbagai daerah, dan pesantren asal dianggap sebagai pesantren induknya.
         B. Madrasah.
         Madrasah (bahasa Arab) yang berarti tempat duduk untuk belajar. Padanan madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, dengan konotasi yang khusus yaitu sekolah-sekolah agama Islam, sebagai tempat mengajarkan dan mmepelajari ajaran0ajaran agama Islam, ilmu pengetahuan, dan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya.
         Madrasah mulai didirikan dan berkembang di dunia Islam sekitar abad ke 5 Hijriyah atau abad ke 10 atau 11. Madrasah yang pertama  di dunia Islam, adalah Madrasah Nizhamiyah yang didiriakn oleh Misham al Mulk seorang penguasa dari Bani Saljuk. Madrasah ini mula-mula didirikan di Baghdad, kemudian berkembang dengan pesatnya, dan hampir di semua kota dalam wilayah kekuasaan Islam pada masa itu. Disamping itu berdiri pula madrasah-madrasah lainnya, seperti Madrasah Al Nuriyah yang didirikan oleh Nurudduin Zanki, Madrasah al Tajiyah yang didirikan oleh Taj al Mulk, madrasah Al Mustansyiriyah yang didirikan oleh khalifah Al Mustansyir, dan sebagainya.
         Madrasah yang pertamakali didirikan di Indonesia, adalam Madrash Adabiyah di Padang Sumatera Barat, Madrasah ini didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Nama resminya pada masa itu adalah Adabiyah School, yang merupakan sekolah pertama yang memasukkan pelajaran agama ke dalamnya. Kemudian pada tahun 1910 didirikan Madrasah School yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyah School (Madrasah Diniyah).
                Madrasah Diniyah kemudian berkembang hampir di seluruh Indonesia, baik bagian dari pesantren, maupun berdiri diluarnya. Pada tahun 1918 di Yogyakarta berdiri Madrasah Muhammadiyah, ayng kemudian dirubah namanya menjadi Kweekschool Muhammadiyah, dan akhirnya menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Sementara itu pada tahun 1916 di lingkungan pesantren Tebuoreng Jombang Jawa Timur, telah didirikan Madrasah salafiyah oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai persiapan untuk melanjutkan pelajaran ke pesantren. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar